Selasa, 24 Oktober 2017

Kota Tua Jakarta


Diliburan saya kali ini saya ingin merasakan sesuatu yang berbeda dari liburan biasanya yang hanya berkunjung ke mall untuk jalan-jalan, atau hanya sekedar menonton bioskop saja. Dan setelah saya berbicang dengan temanku dia menyebutkan kota tua Jakarta, yang katanya kita bisa merasakan kehidupan di zaman dulu dengan bangunan-bangunan yang tua, ada sepeda ala noni-noni Belanda, dan museum-museum yang bisa membawa pikiran kita ke masa lalu. Karena rasa penasaranku maka ku buka kembali mbah google untuk mencari tau ada apa saja di Kota tua Jakarta dan bagaimana kita bisa menuju kesana. Setelah saya baca dan baca lagi sepertinya menarik dan langsung ku agendakan liburanku kali ini untuk mengunjungi Kota Tua Jakarta.
Akhirnya hari yang kutunggu tiba juga, setelah menempuh perjalanan sekitar 2 jam dari Bandung, akhirnya kita sampai juga di kota Tua Jakarta, dan memang benar saya berasa kembali ke kehidupan zaman Belanda dulu, seakan-akan saya memasuki lorong waktu ke masa itu, dengan bangunan-bangunan yang masih asli bangunan Belanda membuatku semakin berasa berada di zaman Belanda ^^. yang lebih mengasyikkan lagi, beberapa tempat wisata yang bisa dikunjungi tidak dikenakan biaya alias gratis, ingin tau tempat wisata apa saja yang saya kunjungi check it out ^_^

1.Museum Wayang

Sebuah majalah wisata terkenal di tanah air menobatkan Museum Wayang Jakarta sebagai salah satu museum terbaik di Indonesia. Agaknya itu tidak berlebihan karena museum ini memang sangat menarik. Selain menampilkan koleksi wayang kulit dan wayang golek yang sudah kita kenal, museum ini juga memamerkan wayang-wayang kontemporer serta wayang dari luar negeri


Pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia, wayang sempat digunakan sebagai alat propaganda politik. Tak heran kalau ada wayang berbentuk figur Bung Karno, Bung Hatta dan tokoh-tokoh nasional lainnya. Jangan lupa pula untuk melihat wayang boneka Si Unyil yang populer pada tahun 1980-an.

Setiap hari Minggu pada minggu kedua, minggu ketiga dan minggu terakhir setiap bulan, Museum Wayang menggelar pementasan wayang dengan dalang-dalang terkenal. Tontonan langka ini patut masuk dalam agenda kegiatan akhir pekan Anda!


Museum Wayang
Jl. Pintu Besar Utara 27, Jakarta Barat
Telp.: 021 6927289
 Jam buka: Selasa-Minggu, 09.00-15.00 WIB
Tiket masuk: Rp2000 (umum), Rp500 (pelajar)


2.Museum Bahari

Museum Bahari letaknya agak jauh dari museum lainnya di Kota Tua Jakarta. Jaraknya sekitar 1 km di sebelah utara stasiun kereta Jakarta Kota, tidak jauh dari Pasar Ikan.

Kompleks Museum Bahari terdiri dari dua bangunan utama yang masing-masing memiliki dua lantai. Bangunan museum ini cukup bersih dan terawat, meski barang-barang koleksinya terlihat agak kusam.

Di lantai dasar, dipamerkan aneka replika kapal serta rangkuman sejarah maritim di Kepulauan Nusantara. Lantai satu memamerkan bagian-bagian kapal serta peralatan navigasi kuno. Sempatkan pula untuk melihat Menara Syahbandar yang pernah menjadi titik kilometer nol kota Jakarta. Jika Anda naik ke lantai paling atas menara ini, Anda bisa menyaksikan pemandangan pelabuhan Sunda Kelapa.

Museum Bahari
Jl. Pasar Ikan 1, Jakarta Utara
Telp.: 021 6693406
Jam buka: Selasa-Minggu, 09.00-15.00 WIB
Tiket masuk: Rp2000 (umum), Rp500 (pelajar)

3.Museum Fatahilah


Warga kota Jakarta pasti sudah familiar dengan bangunan gedung Museum Sejarah Jakarta atau lebih populer disebut Museum Fatahilah. Gambar gedung museum ini sering menghiasi kartu pos, poster-poster serta halaman majalah. Meskipun sangat terkenal, belum semua warga Jakarta tertarik mengunjunginya. Padahal, museum ini adalah objek wisata yang wajib dikunjungi di kawasan Kota Tua.
Bangunan Museum Fatahilah selesai dibangun pada 1710 dan pernah menjadi kantor gubernur Hindia Belanda. Kompleks bangunan ini cukup luas, terdiri dari bangunan utama yang mempunyai tiga lantai serta dua bangunan sayap di bagian kiri dan kanan.
Kompleks ini juga memiliki ruang bawah tanah yang pernah digunakan sebagai penjara. Sampai sekarang ruangan penjara bawah tanah ini masih bisa dilihat, lengkap dengan rantai untuk mengikat kaki narapidana serta terali.



Disekitar museum Fatahillah juga terdapat banyak tempat untuk menyewakan sepeda ala zaman Belanda, harganya cukup terjangkau karena saya hanya ingin berkeliling di daerah kota Tua Jakarta maka tarif untuk penyewaan sepeda hanya dengan Rp 10.000, ternyata menyenangkan juga sampai badan ini terasa lelah karena waktu itu matahari sudah tepat diatas kepala saya.





Museum Fatahilah (Museum Sejarah Jakarta)
Jl. Taman Fatahilah 2, Jakarta Barat
Telp.: 021 6929101
Jam buka: Selasa-Minggu, 09.00-15.00 WIB
Tiket masuk: Rp2000 (umum), Rp500 (pelajar)

4.Museum Bank Indonesia



Di antara museum-museum yang ada di kawasan Kota Tua, Museum Bank Indonesia boleh disebut sebagai museum yang paling modern. Ruangannya dilengkapi AC dengan barang-barang koleksi yang ditata apik seperti karya seni instalasi. Untuk menambah kesan modern itu, ruang pamer dilengkapi pula dengan monitor layar sentuh, video, proyektor serta perlengkapan audio yang menambah hidup suasana. Sangat menarik!




Museum ini merangkum sejarah Bank Indonesia sejak zaman Hindia Belanda hingga krisis moneter yang terjadi pada akhir 1990-an. Bagian yang paling menarik di museum ini adalah ruang nuministik yang memamerkan uang kertas serta koin dari berbagai zaman. Pengunjung juga bisa memasuki ruang penyimpanan deposit emas yang kini hanya diisi emas batangan tiruan. Lihat pula kaca patri cantik di tangga utama yang bergambar Hermes, dewa Yunani yang melambangkan kemakmuran.








Museum Bank Indonesia
Jl. Lapangan Stasiun 3, Jakarta barat
Telp.: 021 2600158
Jam buka: Selasa-Kamis, 08.30-14.30 WIB, Jumat, 08.30-11.00 WIB, Sabtu-Minggu, 09.00-16.00 WIB Tiket masuk: gratis
 
5.Jembatan Kota Intan
 Jembatan Kota Intan merupakan jembatan kayu yang berumur empat abad, dan memiliki banyak gelar yang diberikan orang untuknya. Namun, sosoknya tetap memancarkan kesederhanaan dengan segala keunikan bagi siapa saja yang sedang menapaki kaki di atasnya.
Jembatan Kota Intan dibangun pada tahun 1628, awalnya jembatan ini bernama Engelse Brug atau Jembatan Inggris. Pada waktu itu jembatan ini berfungsi untuk menghubungkan Benteng Belandadengan Benteng Inggris yang lokasimya persis beseberangan.
Jembatan Kota Intan yang memiliki panjang 30 meter dan lebar 4,43 meter, sering kali menjadi salah satu obyek wisata yang direkomendasikan pada saat berkunjung di wilayah obyek wisata Kota Tua Jakarta. Jembatan Kota Intan juga sering sekali dijadikan tempat untuk berbagai macam kegiatan, mulai dari zona titik rute wisata observasi budaya bernilai sejarah, dan tempat lokasi ajang pemotretan para fotografer sampai tempat favorit foto pre-wedding..

Jembatan Kota Intan
Kelurahan Pinangsia, Taman Sari
Jakarta Barat 11110
Tiket masuk : seikhlasnya

6.Pelabuhan Sunda Kelapa


Pelabuhan Sunda Kelapa saat ini menjadi pelabuhan bongkar muat barang. Setiap hari, para buruh pelabuhan sibuk naik turun membongkar muatan kapal, seperti aktivitas menurunkan kayu yang berasal dari Kalimantan. Di dermaga, berjajar kapal-kapal pinisi atau bugis schooner dengan bentuk khas, meruncing di salah satu ujungnya dan berwarna-warni pada badan kapal.
Pelabuhan Sunda Kelapa sebenarnya telah akrab berhubungan dengan bangsa-bangsa lain sejak abad XII. Kala itu, pelabuhan ini dikenal sebagai pelabuhan lada milik kerajaan Hindu di Jawa Barat, Pajajaran. Kapal-kapal asing yang singgah dan berdagang dengan pedagang lokal, antara lain, berasal dari China, Jepang, India Selatan, dan Arab. Mereka berlabuh dan membawa berbagai barang, seperti porselen, kopi, sutra, kain, wewangian, kuda, anggur, dan zat warna guna ditukar dengan rempah-rempah yang jadi kekayaan Tanah Air saat itu.


Sunda Kelapa hanya sepi sesaat dari gangguan bangsa barat. Belanda tiba tahun 1596 dengan tujuan yang sama, yaitu mencari rempah-rempah. Rempah-rempah menjadi komoditas andalan. Para pedagang Belanda awalnya mendapat sambutan hangat dari Pangeran Wijayakrama. Namun, hubungan mesra tersebut buyar saat Belanda mengingkari perjanjian perdagangan dan mendirikan benteng di selatan Pelabuhan Sunda Kelapa. Lambat laun, hubungan pun berubah menjadi penjajahan.
Benteng tersebut dibangun tahun 1613, sekitar 200 meter ke arah selatan Pelabuhan Sunda Kelapa. Pada 1839, di lokasi itu didirikan Menara Syahbandar yang berfungsi sebagai kantor pabean, atau pengumpulan pajak dari barang-barang yang diturunkan di pelabuhan. Lokasi menara menempati salah satu bastion (sudut benteng), sekaligus menandai monopoli perdagangan di Nusantara.




Pelabuhan Sunda Kelapa
Kelurahan Ancol, Pademangan
Jakarta Utara 1443
Tiket masuk : gratis
Begitu banyak peninggalan sejarah di bumi Indonesia kita yang tercinta ini , maka lestarikanlah semua peninggalan sejarahnya supaya kita dan anak cucu kita nanti tau apa makna yang terkandung didalamnya.
Foto : by Triyanto
By Cucu Suryani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejak disini ya :)))

Artikel Populer